"I'm happy for having you, brother :). Stay still."
Sunday, August 19, 2012
Sunday, July 29, 2012
Terompet 26 (2)
gambar hasil random browsing
Pagi itu cuaca lebih cerah,
meskipun tidak berpengaruh banyak padaku. Bagiku mendung ataupun cerah sama
saja, toh kita tidak bisa mengubahnya, jadi aku lebih memilih menikmati
keduanya. Seperti biasa, kuliah pagi selalu menyiksa. Mataku tidak pernah
bersahabat baik dengan matahari pagi. Sejujurnya aku hampir menggunakan obat
tetes mata setiap pagi untuk mendapat efek segar, tapi tentu saja tidak
bertahan lama. Aku juga tidak begitu menyukai minuman bercaffein tinggi, hanya
saja di saat-saat seperti ini aku sangat membutuhkan pengecualian.
Ya ampun, aku benar-benar
berharap sesuatu yang tidak terlalu buruk terjadi di sana, di jalan-jalan protocol
manapun yang dilewati Pak Anwar, dosen Pengantar Akuntansi. Setidaknya itu
mungkin bisa menghalangi beliau datang tepat waktu dan mengadakan kuis. Aku
benar-benar tidak siap –sejujurnya aku tidak pernah tahu kapan akan siap,
mengingat aku tidak begitu tertarik di bidang ini.
Ini benar-benar sangat
membosankan. Apapun yang kulakukan setiap hari terjadwal dengan sempurna. Bangun
tidur di jam yang sama (tentu saja aku tidak mengabaikan jasa weker), melewati
jalanan yang sama setiap hari, duduk diam dengan sabar mendengarkan dosen di
kelas (yah, sesekali aku melirik ke pergelangan tangan kiri, tepat ke jam
tangan). Bagusnya adalah aku tidak pernah terkejut karena memang tidak ada
kejutan, karena seperti yang kukatakan: semuanya terjadwal. Dan dengan demikian
jantungku aman.
Setiap pagi jalan dari kost ke
kampus selalu ramai. Sambil berjalan, aku memperhatikan orang-orang di
sekitarku. Aku penasaran, dari semua mahasiswa yang bersama-sama denganku ke
kampus, berapa banyak yang merasa terpaksa melakukan ini semua. Aku berharap
hasilnya bukan hanya aku seorang. Tapi mereka semua kelihatan bersemangat. Sangat.
Langkah kakinya cepat meski tidak terlihat terburu-buru. Dan dari cara mereka
melangkah aku bisa melihat ada keyakinan, seolah-olah mereka tahu pasti apa
yang akan mereka dapatkan di sana, tidak hanya di kampus tetapi juga kehidupan
setelah keluar kampus. Refleks aku membandingkan dengan diriku sendiri,
kemudian merasa menjadi orang kerdil di antara mereka, para titan. Aku tidak
tahu dan bahkan tidak pernah membayangkan apa yang sedang kulakukan. Motifku
hanya … ah, sudahlah. Begini saja cukup. Hari ini aku masih kuliah itu berarti
kabar baik.
Aku berjalan sendirian di sisi
kanan, di trotoar. Sejauh yang kulihat, ada sekelompok mahasiswa berjalan di
depanku. Aku memperlambat jalan, memberi jarak beberapa meter. Sesekali aku
melihat ke bawah, ke trotoar tempatku berpijak. Ada sedikit sela di antara
trotoar ini, di bawahnya mungkin parit, sekilas aku melihat sesuatu mengalir di
bawahnya, gelap. Aku tetap berusaha melihat seperti apa persisnya di bawah sana
sambil berjalan lambat. For God’s sake, I didn’t know why I keep doing this!
Maybe I just had nothing to do.
“Cari sesuatu di bawah sana?”.
Aku mendengar suara seseorang yang kukenal. Tunggu…dia bertanya padaku? Ouchhh…
Aku menoleh ke kanan, melihatnya
berjalan sama lambatnya denganku dan menunjukkan ekspresi yang seolah berkata ‘kau
tertangkap basah sedang mengintip sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat’. Aku
tersenyum, senyum yang dipaksakan, mencoba mengulur-ulur waktu sambil berpikir
apa yang harus kukatakan.
Aku memutuskan untuk menjawab, “Tadi
aku liat ada yang bergerak-gerak di bawah situ”, sambil menunjuk ke arah
trotoar yang belum jauh kami lewati. Oh, aku merasa konyol!
“Air. Yang ada di bawah situ air
parit”, jelasnya dengan nada bersungguh-sungguh. Haruskah kukatakan bahwa
sebenarnya aku tahu? Memberitahunya bahwa aku tidak setolol itu…
“Hmm.. ya, aku juga yakin itu air
parit, Bang”, jawabku sambil tersenyum menyerah. Lebih baik mengikuti alurnya,
dari pada aku semakin mempermalukan diri sendiri. Sepintas aku melirik ke kanan
dan melihatnya seperti sedang menahan senyum. Aku tak bisa menahan diri untuk
tidak meringis. Bagaimanapun juga mengamati parit di bawah trotoar bukan sesuatu
yang bisa disebut normal.
“Masuk kelas apa pagi ini?”,
tanyanya, mencoba melanjutkan percakapan.
“Pengantar Akuntansi. Hari ini
aku ikhlas dikuliahi Pak Anwar”, jawabku kecut. Aku masih kesal mengingat
tentang kuis yang akan diadakannya.
“ Haha tumben ikhlas?”
“Karena Bapak itu ga akan ngasi
kuliah hari ini. Tapi, sebagai gantinya beliau ngasi kuis!”, jawabku sarkastis.
“Oh, hahaha. Pengantar Akuntansi
kan ga sulit”. Aku seperti mendengar ada nada menenangkan di sini.
Ga sulit? Yang bener aja! Aku bahkan ga suka dengan istilah debit
kredit. Jadi, jangan berharap terlalu tinggi untuk hal ini.
“Hmm, entahlah. Ga sulit mungkin,
tapi ga mudah buatku, Bang”, ucapku sambil tersenyum. Aku tidak mau
mengkonfrontasi dia terang-terangan. Cukup menunjukkan pendapat pribadi yang
tidak menentang secara blak-blakan.
Selebihnya kami berjalan dalam
diam. Aku merasa nyaman. Saat-saat seperti ini selalu menyenangkan. Tidak
sendirian, tapi tidak harus berusaha membuat percakapan. Aku juga tidak
berusaha melihat ekspresinya. Karena sepengetahuanku, dia bukan tipe orang yang
harus terus-menerus terlibat obrolan dengan orang-orang disekitarnya.
Kenyamananku menguap tak lama
kemudian karena kami telah sampai di kampus. Dan kebetulan kelas kami
berlawanan arah. Kelasku di gedung depan, sedangkan kelasnya di gedung
belakang. Di ujung koridor ini seharusnya kami berpencar.
“Okey. Good luck kuisnya!”,
katanya singkat.
“Ya. Makasi, Bang”, sahutku
sambil benar-benar berharap ada ‘luck’ yang akan menyelamatkanku dari kuis ini.
Aku melihatnya membalikkan badan, kemudian dengan enggan aku juga berjalan
menuju kelasku yang berlawanan arah dengannya.
“Mmm, Nov?”, tiba-tiba dia
memanggilku.
“Ya?”, refleks kujawab.
“Kalo kamu masih kesulitan untuk mata
kuliah ini, Abang ada di perpus setelah jam makan siang nanti”.
Aku tersenyum dan mengangguk. Dia
hanya mengatakan itu lalu tersenyum dan beranjak pergi. Aku takut salah mengartikannya.
Is it an invitation? We’ll see.
Saturday, July 07, 2012
Why-Project-- #1 Why: Why I really really ‘like’ them (Jay Park and Cho KyuHyun)?
Menurut saya
setiap hal harus ada alasannya. Ketika pertanyaan ‘why’ membuntuti sesuatu hal,
maka seharusnya ada jawaban yang pasti dan yakin untuk menjelaskannya. Ada
banyak ‘why’ yang masih tinggal di kepala ini. Saya sering memikirkannya
jawabannya atau options jawabannya yang memungkinkan , juga kemungkinan untuk
setiap option. Ada alasan kenapa saya tidak bertanya saja untuk menemukan
jawabannya, sebaliknya malah memikirkannya sendiri. Pertama adalah tidak ada orang
lain yang bisa ditanya, karena yang seharusnya menjawab adalah saya. Kedua
adalah karena saya tidak suka disodorkan why
question, maka saya juga tidak akan bertanya demikian. Menurut saya
sebagian besar pertanyaan itu biasanya untuk memenuhi curiousity penanya bukan karena benar-benar ingin tahu.
Curious. Kenapa ada banyak ‘why’?
Tidak suka. Kenapa saya tidak bertanya ‘why’?
Haha ribet kan..
Empat kalimat, terdiri atas dua pertanyaan dan dua jawaban. Formatnya: jawaban
di awal, pertanyaan kemudian. Kenapa formatnya bisa begitu? Atau kita balik aja
pertanyaannya jadi ‘emangnya kenapa formatnya ga bisa yang begitu?’ Kalau
biasanya teman responsnya seperti pertanyaan pertama, saya lebih sering
berpikir sebaliknya seperti pertanyaan kedua. Menurut saya sama aja. Cuma beda
cara pandangnya. Dan perbedaan-perbedaan cara pandang itu belakangan ini sering
terjadi, sampe temen ngakak denger omongan saya, dan saya bingung dimana
lucunya haha. Beberapa bilang, “Kau bener-bener mikir gitu, Nov?” “Ckckckck,
kok bisa mikir kayak gitu?” “Aduh Nov, aku ga terpikir sama pikiranmu!” “Yah,
yang kamu pikirin itu yang ga biasanya dipikirin orang sih!”
Okeh, jadi saya
mau buat project why. Saya mau
posting tentang why-why yang ada di
kepala saya, mungkin dengan jawabannya, mungkin juga cuma pertanyaan yang belum
terjawab. Nah, ntar saya coba baca (someday
yaaa..) lagi. Semoga waktu someday
itu tiba, saya bisa baca postingan-postingan ini lagi sebagai Novia yang sudut
pandangnya sudah berbeda (atau mungkin tetap begini? Siapa tahu..haha). Saya coba
melihat ke dalam diri saya dari sudut pandang orang lain. Saya pengen saya bisa
melihat diri saya seperti teman-teman melihat saya. Gimana temen saya melihat
sudut pandang dan pikiran saya yang ga biasa, dan menemukan apa yang ‘ga biasa’
itu. Pasti menarik J
Oke here they are!!
I adore Park Jaebeom a.k.a
Jay Park and Cho KyuHyun.
Kesan pertama adalah
mereka keren banget nyanyinya. Kalau Jay Park alirannya hip hop dengan dance yang keren,Cho Kyuhyun di aliran
ballad (dance juga sih bareng Super Junior, tapi saya ngerasa dia bener-bener
Cho Kyuhyun waktu di ballad J)
yang udah keren aja cuma dengan berdiri doang waktu nyanyi.
Di luar karier
mereka, keduanya sama-sama punya cerita yang luar biasa. Jay Park dulunya adalah
leader dari boyband 2PM. Kemudian ada kontroversi tentang pesan yang dia tulis
di akun MySpace-nya. Isinya emang kekanakan, tapi menurut saya sih wajar untuk
seorang yang masih begitu muda, sendirian di suatu negara yang jauh dari
keluarganya, under pressure pula selama proses training yang yah relative berat.
Kemudian ada banyak reaksi pro dan kontra (jelas kebanyakan kontra-nya). Paling
parah menurut saya adalah sewaktu 3000 orang (kalo ga salah, atau 6000 saya
lupa) yang mengajukan petisi menuntut Jay Park untuk bunuh diri. Haloooo…kok
bisa-bisa meminta kematian seseorang karena benci sama kata-katanya. Segitu
murahnya harga nyawa manusia? Dia berharga. Setiap orang berharga. Sangat.
Jay Park dikeluarkan dari 2PM dan dari
manajemennya setelah beberapa waktu berlalu sejak kontroversi itu untuk alasan
yang tidak dijelaskan oleh pihak manajemen. Katanya JP udah melakukan suatu
kesalahan fatal (tidak dijelaskan apa persisnya). Dan sekarang dia balik lagi,
mengeluarkan album, dan memproduserinya sendiri. Kesan pertama kali dengerin
lagunya hmm ‘freedom’. Ini musik yang dibuat dengan bebas, suka atau tidak suka
itulah musik Jay Park dengan style-nya sendiri, lirik yang juga bebaaaaaaaas
banget hahaha. Musiknya tidak profit oriented, itu yang jarang ada di industry entertainment
menurut saya. Karena meskipun judulnya entertain-menghibur, pada dasarnya semua
bermotif profit dulu, baru entertain motif.
Cho Kyuhyun sendiri
adalah member yang terakhir bergabung di Super Junior, termasuk tiga besar
vocal utama. Banyak banget yang pengen saya tulis tentangnya, tapi ntar
kepanjangan banget haha.
Pertama,
masuknya KyuHyun merubah format SuJu yang tadinya project boyband yang akan
berganti member secara berkala menjadi boyband yang permanent.
Kedua, awal
bergabungnya KyuHyun dengan SuJu kayaknya berat buatnya. Ga langsung diterima
sama member lain. Ga punya bed (ya ampuuuun T.T) dan awalnya dia kira bakalan
diorbit’in sebagai penyanyi solo ballad ternyata gabung jadi boyband (dan aku
yakin dia pasti ga nyangka banget, coba bayangin dari ballad jadi dance, jauh
kan..). Setiap kali liat MV SuJu, liat gimana kompaknya dance mereka, saya jadi
bertanya-tanya berapa lama waktu yang Kyuhyun abisin buat latihan sampe bisa
dance gitu? Seberapa keras dia berusaha? Itu bikin saya melongo dan bilang ‘wow’.
Ketiga, awalnya
sang ayah ga setuju Kyuhyun jadi penyanyi. Latar belakang keluarganya dan
keinginan sang ayah untuk melihat Kyuhyun jadi lawyer itu wajar. Kyuhyun smart, menurut saya dia jago dalam hal
menganalisis (saya Cuma menyimpulkan dari banyak video tentangnya, cara dia
bicara dan ucapannya) jadi pas. Tapi, waktu Kyuhyun nyanyi, buat saya efeknya
ada sensasi senang denger suaranya (ahahahah, ga nyangka selebay ini, tapi
bener sihh coba aja denger sendiri haha). Nah, Kyuhyun ini emang bukan Malin
Kundang, jangan kira dia bisa jadi penyanyi karena melawan ayahnya. Kyuhyun
tetap kuliah dan juga jadi penyanyi (yang hebat dan bikin bangga ortunya) – win-win solution, kan?
Keempat, Kyuhyun
pernah mengalami kecelakaan tahun 2007 yang bikin dia sekarat. Sempat ada di
kondisi yang cuma ada dua pilihan: hidup tapi ga bisa nyanyi atau ga
terselamatkan sama sekali. Puji Tuhan!!! Yang kita lihat sekarang adalah masih
ada Cho KyuHyun yang bernyanyi dengan luar biasa. Dan dia sendiri menanggapi
itu semua sebagai suatu berkat Tuhan dan kesempatan kedua yang akan diisi
dengan sebaik-baiknya, amat sangat menghargai hidup!
Kelima, Kyuhyun
pernah menjawab di UFO Reply fansnya yang hanya minta dibalas dengan ‘.’ Kyuhyun
sendiri menjawab bahwa dia tidak mau membalasnya kalau fansnya hanya minta
dibalas dengan ‘.’ Karena dia harus punya harapan yang lebih dari itu, lebih
dari sekadar ‘.’. Kena banget sama saya, saya sering berharap yang sangat
sederhana cuma karena saya takut kecewa dengan harapan saya terlalu tinggi. Menurut
saya, Kyuhyun bener. Kita harusnya punya harapan yang tinggi J.
Jadi, itulah kenapa saya suka
sekali dengan mereka selain karena bakat menyanyi yang luar biasa, juga karena
mereka berdua mencerminkan freedom dan hope, dua hal yang membuat saya merasa
lebih baik J
Cho KyuHyun (gambar hasil googling)
Park Jaebeom (gambar hasil googling)
Friday, June 22, 2012
"Isi surat lamaran kerja tidak perlu terlihat terlalu 'mengemis' seolah-olah Anda sangat membutuhkan pekerjaan itu lebih dari apapun di dunia ini bila digabungkan jadi satu, meskipun pada kenyataannya itu benar."
Hihihi, lucu rasanya mengingat isi kalimat di atas. Maksudnya wajar dan masuk akal sih kalo aja itu bukan tertulis di atas lembar jawaban ujian akhir semester saya untuk mata kuliah komunikasi bisnis.
Okeh, saya ngaku udah blank tadi. Sebelum ujian ini, saya udah peras otak habis-habisan, berusaha buat kalimat-kalimat intelek untuk ngejawab soal analisis Manajemen SDM. Bu Prihatin itu (re: dosen Manajemen SDM) perfeksionis abis. Pertanyaannya aja mesti bener-bener dipikirin dulu, kalo jawabannya ga sesuai dengan apa yang ditanya (seringkali terjadi, menurut pengakuan beliau) yah, jadi sampahlah lembar jawabannya T.T
Jadi, harap maklum ya Bu Muly Kata (dosen Komunikasi Bisnis). Saya senang bisa jadi salah satu mahasiswi Ibu, tapi saya lebih senang lagi kalo kita ga jumpa lagi untuk mata kuliah yang sama :)
-Novia-
Hihihi, lucu rasanya mengingat isi kalimat di atas. Maksudnya wajar dan masuk akal sih kalo aja itu bukan tertulis di atas lembar jawaban ujian akhir semester saya untuk mata kuliah komunikasi bisnis.
Okeh, saya ngaku udah blank tadi. Sebelum ujian ini, saya udah peras otak habis-habisan, berusaha buat kalimat-kalimat intelek untuk ngejawab soal analisis Manajemen SDM. Bu Prihatin itu (re: dosen Manajemen SDM) perfeksionis abis. Pertanyaannya aja mesti bener-bener dipikirin dulu, kalo jawabannya ga sesuai dengan apa yang ditanya (seringkali terjadi, menurut pengakuan beliau) yah, jadi sampahlah lembar jawabannya T.T
Jadi, harap maklum ya Bu Muly Kata (dosen Komunikasi Bisnis). Saya senang bisa jadi salah satu mahasiswi Ibu, tapi saya lebih senang lagi kalo kita ga jumpa lagi untuk mata kuliah yang sama :)
-Novia-
Subscribe to:
Posts (Atom)