Wednesday, January 18, 2012

KEAJAIBAN UNTUKMU, UNTUKKU, UNTUK KITA

“Saat aku membantu ayah menarik perahu kami ke daratan beberapa tahun kemudian, aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin ayah bisa percaya bahwa rencana Tuhan bagi kami jauh lebih besar daripada apapun yang dapat kami bayangkan jika Tuhan tidak mengirimkan mukjizat saat kami sungguh-sungguh membutuhkannya?”
-Nathan Andrew, remaja belasan tahun, kehilangan ibu di usia delapan tahun.
                Paragraf di atas sedikit mengusik pikiran saya, lebih jauh lagi mungkin paragraf itu berisi pertanyaan yang sama yang tidak mampu  saya utarakan pada siapapun sebelumnya. Dengan penuh ketidaksabaran saya berharap menemukan jawaban di dalamnya. Dan saya tidak kecewa. 
Diawali dengan kepedihan Nathan yang kehilangan ibunya saat berusia delapan tahun dan ingatannya tentang sang ibu yang seperti secara sengaja ditinggalkan layaknya footprint  agar selalu menjejak dalam ingatannya. Ingatan-ingatan yang sebagian besar berbentuk pengajaran itu pada akhirnya membantu Nathan dalam melewati setiap keraguannya.
                Menjadi seorang mahasiswa kedokteran memang tidak mudah, dan Nathan berada pada titik dimana ia merasa tidak berada di tempat yang tepat. Tekanan  dan Dr. Goetz, dokter pembimbing  yang paling dicintai semua penghuni rumah sakit kecuali Nathan, membuatnya ragu atas keputusannya mengambil kuliah kedokteran, lebih dalam lagi ia juga ragu pada dirinya sendiri, pada cita-cita dan keyakinannya. Namun, keluarga, teman, dan semua hal di rumah sakit itu meyakinkannya kembali bahwa Nathan Andrews dilahirkan untuk menjadi seorang dokter masa depan yang hebat.
                Rumah sakit tempat Nathan melakukan rotasi kedokteran adalah tempat yang sama yang membuatnya yakin dan merasakan sendiri blessing yang dulu ia pertanyakan. Ketabahan keluarga pasien yang akhirnya kehilangan orang yang mereka kasihi mengingatkan Nathan pada dirinya dan keluarganya pada saat-saat sang ibu pergi ke surga. Persahabatan antara Meghan dan Charlie yang kelihatan mustahil, tapi sungguh persahabatan itu menjadi akar dari keajaiban natal bagi keduanya, pengorbanan yang luar biasa, dan cinta yang membuat Nathan merasakan sakitnya perasaan takut kehilangan ketika kehilangan itu sendiri sudah melukai hatinya jauh sebelum ia mengenal sang wanita.
Novel ini mencoba meyakinkan kita bahwa keajaiban itu ada dan kadang dalam wujud yang tidak terduga, tinggal bagaimana kita melihatnya sebagai berkat yang diberikanNya.  Donna VanLiere juga berhasil  membuat semua tokohnya dicintai dan begitu diinginkan (well, Charlie is my favorite). Dengan alur yang santai dan menegangkan di akhir, kisah ini mampu menyentuh lewat penjabaran emosi, pemikiran dan karakter tokoh-tokoh di dalam cerita yang disampaikan dengan detail dan mendalam. Karakter Charlie dan Dr. Goetz totally amazing. Sang penulis dengan lihainya mengemas kedua karakter ini begitu rupa sehingga saya terpesona dengan kekuatan karakter mereka yang jauh melampaui ”bungkus” luarnya. Meskipun terkesan berat, novel ini pada kenyataannya juga memiliki sisi humor yang tidak terduga. Satu lagi keistimewaan novel ini: covernya yang ceria mampu menyegarkan mata. Find the blessing inside! Two thumbs up!
“Akan tetapi, aku tahu walaupun kita tidak akan pernah memahaminya, ada sebuah rencana, dan meski harus dilalui dengan rasa sakit, pada akhirnya akan ada sukacita, dan semuanya akan begitu indah”.
-Nathan Andrews, mahasiswa kedokteran, calon dokter  masa depan yang hebat.
Judul                     : The Christmas Blessing
Pengarang          : Donna VanLiere
Tahun terbit       : 2011
Penerbit              : Elex Media Komputindo
Jumlah halaman : 215

Thursday, December 29, 2011

Hey ya!

So many rules at home. 
But I'm not following anyone rules, so it doesn't even matter.
Thanks.

Friday, December 09, 2011

Stop it!


Muak adalah mendengarmu berbicara seolah-olah saja kau orang yang paling benar sejagad raya. Pernahkah kau berpikir bahwa kau juga manusia sama seperti aku? Kau punya salah. Aku juga. Itu pasti. Lalu kenapa kau bertingkah seolah-olah aku icon kesalahan yang selalu perlu evaluasi dan kau menempatkan dirimu sebagai evaluator-ku yang selalu benar dalam segala cara?
        Sudah. Stop saja sekarang. Jangan tempatkan aku di posisi yang kau harapkan karena aku berhenti mencoba menjadi seperti yang kau harapkan. Berharaplah yang lain. Atau mungkin berharaplah pada yang lain. Itu saja cukup. Lalu kita bisa berdamai.

Friday, December 02, 2011

Little Crazy Thing

        Suatu malam aku bermimpi. Aku berada di sebuah savana, dengan cahaya matahari yang menghangatkan. Aku melihat banyak bunga-bunga indah di sana. Tapi hanya aku dan sekawanan rusa yang menikmatinya. Aku berjalan. Bukannya mencari jalan keluar, aku hanya berkeliling menikmati setiap sudut yang ada, memandang ke setiap keindahan yang tersedia. Sayang sekali hanya aku yang disini, pikirku. Tiba-tiba aku teringat bahwa sebelumnya aku tidak sendiri, sebelumnya aku bahkan tidak di sini, sebelumnya tanganku digenggam oleh seseorang. Aku berusaha mengingatnya. Tak bisa. Aku hanya mengingat gambaran tanganku yang digenggamnya. Begitu aman dan nyaman. Kilasan ingatan itu seperti nyata tapi hanya sekelebat, terpotong-potong dan tak satu potongan pun menunjukkan wajah seseorang itu. Tapi kenapa sekarang aku sendiri?? Frustasi dengan ingatanku yang dangkal, aku duduk di bawah sebuah pohon yang rindang tak jauh dari tempatku berada sebelumnya, daunnya yang kekuningan sesekali berjatuhan di atas rambutku. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba berpikir dengan tenang.
        Kemana aku harus mencari orang itu, orang yang menggenggam tanganku sebelum ini terjadi? Siapa dia?? Kenapa tidak kelihatan jelas? Yah, sepertinya memang tidak ada yang jelas disini kecuali tentang aku tersesat dan sendirian di tempat yang bahkan aku tak tahu namanya. Aku bangkit lagi, berdiri dan mulai mencari 'seseorang'. Tapi benar-benar tidak ada orang lain disini selain aku. Kurasa aku tak perlu sampai berteriak, karena sejauh mata memandang yang ada hanya rerumputan, sekawanan rusa dan beraneka ragam bunga yang indah. Kalaupun ada seseorang di sini, seharusnya dia melihatku yang sedang kebingungan dan berjalan kesana-kemari panik, tak ada alasan untuk tetap diam dan bersembunyi.
        "Selamat datang, Tuan Putri", sebuah suara jernih seorang wanita yang berasal dari arah belakang mengagetkanku.
        Refleks aku menoleh ke arahnya, penasaran ingin mengetahui sosok yang menyapaku dengan sebutan 'Tuan Putri' ini.




*to be continued..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...