"Isi surat lamaran kerja tidak perlu terlihat terlalu 'mengemis' seolah-olah Anda sangat membutuhkan pekerjaan itu lebih dari apapun di dunia ini bila digabungkan jadi satu, meskipun pada kenyataannya itu benar."
Hihihi, lucu rasanya mengingat isi kalimat di atas. Maksudnya wajar dan masuk akal sih kalo aja itu bukan tertulis di atas lembar jawaban ujian akhir semester saya untuk mata kuliah komunikasi bisnis.
Okeh, saya ngaku udah blank tadi. Sebelum ujian ini, saya udah peras otak habis-habisan, berusaha buat kalimat-kalimat intelek untuk ngejawab soal analisis Manajemen SDM. Bu Prihatin itu (re: dosen Manajemen SDM) perfeksionis abis. Pertanyaannya aja mesti bener-bener dipikirin dulu, kalo jawabannya ga sesuai dengan apa yang ditanya (seringkali terjadi, menurut pengakuan beliau) yah, jadi sampahlah lembar jawabannya T.T
Jadi, harap maklum ya Bu Muly Kata (dosen Komunikasi Bisnis). Saya senang bisa jadi salah satu mahasiswi Ibu, tapi saya lebih senang lagi kalo kita ga jumpa lagi untuk mata kuliah yang sama :)
-Novia-
2 comments:
Mengutip kalimat dosennya dek, pernah baca bukunya Dale Carnegie. Malah menyarankan bahwa surat lamaran, informasi yang pertama harus disampaikan bukan tentang mengetahui lamaran dari blablabla.
Tapi berikan yang diinginkan perusahaan pemberi lowongan. Bahwa kita punya pengalaman kemampuan ini itu dan cocok sekali di perusahaan itu, baru beri informasi pribadi.
Eh, OOT gak komennya? Semoga gak. :D
Semoga gak ketemu dosen itu lagi seperti harapannya.
belum pernah baca buku itu, bang..
ga tau ni rada kurang minat ke msdm hehe..
Post a Comment