Monday, February 13, 2012

This Is What Love Is (Part 1)


Akhirnya, saya bisa bilang: I know what love is :))
Nih, ada tiga puluh tujuh fakta cinta:


Cinta adalah pencipta keindahan terhebat (1 Timotius 2:9-10).

Cinta adalah suatu wujud keinginan; dalam niat dan tindakan (1Yohanes 3:18).

Cinta harus menjadi dasar dari segala sesuatu (1 Korintus 13:3).

Rumus untuk mencapai hubungan yang sukses: Perlakukan semua bencana seperti masalah sepele, tetapi jangan pernah memperlakukan masalah sepele seperti sebuah bencana (Filipi 4:4-6).

Tidak ada yang dapat mengimbangi besarnya nilai kenangan bersama: terutama kenangan melalui masa sulit bersama (2 Timotius 1:2-3).

Cinta selalu percaya akan adanya mukjizat (Roma 8:28).

Cinta membuat segala sesuatu menjadi lebih ringan (Matius 11:28).

Ketika cinta harus menanggung sesuatu, ia tidak akan dianggap sebagai beban (Matius 11:30).

Cinta memberikan segala-galanya dengan tidak mengharapkan balasan (Yohanes 3:16).

Cinta kekanak-kanakan berkata: “Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu.” Cinta dewasa berkata: “Aku membutuhkanmu karena aku mecintaimu.” (1 Yohanes 3:16).

Cinta yang benar patut diperjuangkan dengan mempertaruhkan semua yang ada untuk mendapatkannya (1 Yohanes 3:1).

Setiap pemberian terlihat indah di dalam cinta (2 Korintus 8:12).

Keuntungan cinta pada pandangan pertama adalah memperlambat pandangan yang kedua (Roma 5:8).

Cinta adalah satu-satunya emosi yang memasukkan kebahagiaan orang lain dalam mimpinya (Yohanes 14:1-3).

Cinta adalah satu-satunya usaha yang sangat boros: meskipun cinta itu diberikan, dibuang, disebarkan, dikosongkan dari perbendaharaan kata, kita akan memiliki lebih banyak dari semula. (Lukas 6:38).

Untuk mencintai seseorang, kita hanya dapat megharapkan kebaikan baginya. (1 Korintus 10:24).


Love is bla...bla...bla...

Saya tidak tahu bagaimana beberapa orang bisa mendeskripsikan cinta. Buat saya cinta ga bisa dijelaskan dengan kata. Buktinya saya telah mengedit artikel tentang cinta untuk buletin di kampus berkali-kali. Kenaapaaa oh, kenapa.. Mungkin cuma saya yang kesulitan meng-kata-kata-i cinta. Tapi benar, saya lebih setuju dengan 'show your love' daripada 'say your love'. Jadi bagaimana, love is ... ?

*Novia -.-

Thursday, February 09, 2012

TERBANGUN



Waktu berlalu. Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan. Bahkan di saat setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan, bagaikan denyut nadi di balik luka memar. Waktu seakan berlalu di jalan yang tidak rata, bergejolak dan diseret-seret, namun terus berjalan. Bahkan bagiku.
-New Moon-

Monday, February 06, 2012

New Moon - The New One Is Not Always Better Than The Old. Remember That, Bells!


        Malam ini karena terserang 'gagal ngantuk' - menolak disebut pengidap insomnia - saya putuskan untuk menonton salah satu film koleksi saya, dan pilihan jatuh pada Twilight Saga: New Moon. New Moon adalah seri kedua dari Twilight Saga, seri yang paling saya suka sekaligus paling tidak saya sukai. Lho kok?

        New Moon sendiri berkisah tentang kekosongan hati Bella Swan (diperankan oleh Kristen Stewart) yang ditinggal kekasihnya, Edward Cullen (seorang vampir-diperankan oleh Robert Pattinson)). Edward memutuskan untuk pergi meninggalkan Bella karena ia merasa dirinya terlalu banyak menjerumuskan Bella ke dalam bahaya. Edward yakin bahwa jika ia tak berada di dekat Bella, hidup Bella akan lebih 'normal' (walaupun saya yakin ga ada yang normal disini, haha). It's kind a good idea in bad way, eh? Ditinggal Edward, Bella depresi berat. Dalam novelnya sendiri Bella digambarkan seperti mayat hidup di tengah-tengah kepedihan hatinya. Inilah bagian yang membuat saya sangat suka New Moon. Dari semua seri Twilight Saga, New Moon menampilkan 'Edward yang seharusnya' menurut saya. Kenapa? Dengan setting waktu zaman modern ini, satu-satunya tindakan masuk akal dari kisah cinta semacam ini adalah 'berpisah' (walaupun sebenarnya saya berharap Bella yang meninggalkan Edward, jadi saya bisa langsung menyambar Edward, lhooo?).

        Kemudian muncul Jacob Black (werewolf-diperankan oleh Taylor Lautner), putra dari sahabat ayah Bella, yang dalam seri pertama Twilight kalah pamor dengan Edward (ya iyalah, dari awal Edward muncul udah kaya' Prince Charming yang maskulin wow..wow..wow.. Nah, Bang Jake ini muncul dengan rambut gondrong urakannya). Singkat cerita Bella akrab dengan Jacob dan merasa sedikit lebih baik berkat Jacob. Bella juga kelihatan sedikit egois disini. Bayangin aja, Bella ga bisa nerima Jacob yang jelas-jelas cinta sama dia dengan alasan belum bisa melupakan Edward, tapi ga mau melepaskan Jacob sebagai 'teman dekat'. It hurts Jacob so much, I guess. Nah, bagian ini bikin saya gakkkk suka seri ini. Jacob! Awalnya saya kira peran Jacob-lah yang menimbulkan ketidaksukaan saya: menjadi orang ketiga ditengah-tengah pasangan yang tepat (meskipun Jacob bukan penyebab Edward meninggalkan Bella). Keberadaan Jacob di samping Bella itu menyebalkan. Pasangan yang tepat untuk Bella adalah Edward, there's no doubt. Bella ga boleh sama Jacob (kasihan Edward, dong). Daaaaaan, setelah menonton seri ketiga Twilight Saga: Eclipse, saya baru nyadar kenapa saya tidak menyukai Jacob. Alasannya ya karena saya kasihan juga sama Jacob. Dalam pikiran saya udah jelas Bella bakal sama Edward, sekeras apapun usaha Jacob menarik Bella, tetep aja Bella will be with Edward. Melihat usaha keras Jake untuk meraih hati Bella itu lah yang bikin saya pengen teriak ke Jake, nyadarin dia kalo usahanya itu sia-sia, mending ga usah dilanjutin lagi karena akibatnya akan semakin melukai hatinya sendiri. Jake baik, hanya yang paling tepat untuk Bella adalah Edward, bukan Jake.

        Ceritanya berlanjut dengan miscommunication yang menyebabkan Edward pengen bunuh diri karena mengira Bella telah meninggal (look at his superrr big love, guys!). Kemudian Bella dan Alice Cullen (adik Edward) pergi ke Italia untuk mencegah Edward bunuh diri sampai berurusan dengan Volturi. Endingnya? Sudah pada tau dong ya...

        Personally, saya ga suka cerita yang akhirnya sad ending, apalagi cerita yang berakhir tokoh utamanya meninggal. Alasannya simple aja, karena saya berharap hidup saya seperti itu, happily ever after, meskipun mustahil, bahwa jika saya diberi kesempatan untuk menskenariokan hidup saya, seseorang atau siapapun, saya pasti akan memilihkan takdir hidup yang menyenangkan, tidak peduli betapa sulitnya suatu perjalanan kisah hidupnya, tapi pada satu titik saya berharap tokoh-tokoh itu (meskipun fiksi) merasa dipilihkan takdir yang baik oleh penulisnya. Sekian saja.

If it's about my soul. Take it. I don't care. I don't want it without you - Bella Swan


        Salam supel dari Novia :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...